HOTLINE 50454 Berantas Fenomena Bunuh Diri

Nasional / 11 January 2011

Kalangan Sendiri

HOTLINE 50454 Berantas Fenomena Bunuh Diri

PrincessPina Cahyonoputri Official Writer
2595

Maraknya fenomena bunuh diri di negeri kita akhir-akhir ini, membuat pemerintah berinisiatif membuka hotline untuk masyarakat yang ingin berkeluh kesah. Hotline 50454 itu bertujuan untuk menampung curahan hati orang-orang.

"Kita punya hotline 50454. Itu sifatnya untuk menampung curhat-curhat orang. Hotline tersebut tujuannya memberikan relaksasi. Tugas utama kita mendengarkan," kata Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih di Jakarta, Kamis (6/1).

Staf pengajar Bagian Psikiatri FKUI/RSCM Dr Suryo Dharmono Sp.KJ (K) mengungkapkan, salah satu indikator stres adalah jika seseorang tidak dapat menikmati dan merasa bingung di waktu senggang atau sedang tidak bekerja. Tanda-tanda stres lain dapat muncul dalam gejala psikologis, seperti perasaan cemas, khawatir, ketakutan, perilaku gelisah, agresif, emosi labil, cepat tersinggung/marah, depresi, malas, apatis, dan sejenisnya.

Sementara secara fisiologis, stres menyebabkan berbagai perubahaan fatal tubuh seperti gangguan pada sistem hormonal, gangguan pembuluh darah dan jantung, gangguan sistem saraf, imunitas tubuh, pencernaan, maupun respirasi. Salah satu jenis stres yang kerap melanda masyarakat terutama pekerja di usia produktif adalah depresi yang banyak disebabkan oleh faktor internal seperti pengalaman buruk masa lalu, kepribadian, dan adanya faktor keturunan.

Sementara gangguan penyesuaian adalah salah satu jenis depresi yang juga seringkali diderita pekerja usia produktif. Ini disebabkan faktor eksternal seperti konflik keluarga, konflik interpersonal, peristiwa kehilangan, kekecewaan maupun perubahan gaya hidup seketika seperti pindah pekerjaan.

Upaya pemerintah untuk membuka hotline 50454 ini juga harus didukung oleh masyarakat dengan sosialisasi yang baik. Selain itu yang harus berperan lebih aktif adalah gereja dan keluarga. Gereja diharapkan lebih aktif untuk mematahkan fenomena ini dengan pendekatan kepada tiap individu agar pemikiran "Masalah akan berakhir jika hidup berakhir"tidak ada lagi dalam masyarakat. Hal yang sama juga harus dilakukan keluarga.

Sumber : liputan6.com
Halaman :
1

Ikuti Kami